Archive for November 2012

laporan praktikum genetika Imitasi Perbandingan Genetis Perbandingan Mendel”


.



IMITASI PERBANDINGAN GENETIS PERBANDINGAN MENDEL

ABSTRAK
            Mendel melakukan sebuah eksperimen dengan mengunakan kacang ercis Hasil dari persilangan tersebut kemudian disilangkan dengan sesamanya kemudian didapatkan keturunan kedua. Pada  keturunan pertama tidak muncul ercis keriput, sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput muncul,jadi terdapat sifat yang dominan dan sifat resesif sifat yang dominan ialah sifat yang tampak sedangkan sifat diantara dominan dan resefif(diantara) dinamakan intermediet,dikenal juga ada hukum 1 mendel dan hukum 2 mendel dalam melaukan percobaan ini yang inigin dilihat ialah gambaran tentang kemungkina gen yang dibawa oleh gamet akan bertemu secara acak serta meelakukan pengujian lewat tes ,pada percobaan ini mengunakan kancing genetika yang dianggap sebagai gamet dan mengunakan perlakukan yang berbda-beda yaitu monohibrid dominan dan intermediet serta dihibrid dominan dan intermediet hasil yang didapatkan bahwa rata-rata dari data kelas dan data pribadi sesuai dengan hukum mendel yang ditandai dengan apabila nilai  hitung lebih kecil daripada nilai tabel pada df maka sesuai dengan hukum mendel dan sebaliknya,pada persilangan data kelas monohibrid intermediet tidak sesuai dengan hukum mendel,ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena dalam pengocokan sebelum mengambil kancing tidak merata.

Kata kunci:hukum mendel,monohibrid dominan dan intermediet,dihibrid dominan dan intermediet,  hasil, tabel.




PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui bahwa ada sifat-sifat yang diwariskan oleh induk kepada keturunanya dan Mendel melakukan membuat suatu model pewarisan sifat-sifat tersebut yang kebenaranya diakui sampai saat ini yaitu dengan mengunakan metode matematis yang membantu menganalisis data yang dihasilkan.
            Dalam melakukan percobaan tersebut Mendel mengunakan kacang ercis Mendel menyilangkan ercis varietas biji bulat dengan varietas biji keriput. Hasil dari persilangan tersebut kemudian disilangkan dengan sesamanya kemudian didapatkan keturunan kedua. Pada  keturunan pertama tidak muncul ercis keriput, sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput muncul,jadi dalam mengetahui sifat pewarisan ini kita sebagai orang biologi harus mengetahui bagaimana gambran dari pewarisan sifat yang dilkaukan oleh Mendel oleh karena itu pada praktikum kali ini ialah tentang imitasi perbandingan genetis percobaan mendel dengan tujuan praktikum ialah mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen yang dibawa oleh gamet akan bertemu secara accak serta melakukan pengujian lewat tes .
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.”
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I.
Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat



yang membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor.
Hukum Mendel I : pemisahan gen sealel. Dalam bahasa Inggris disebut : ”Segregation of allelic genes”. Hukum ini disebut juga Hukum Segregasi. Berdasarkan percobaan menyilang 2 individu yang memiliki 1 karakter berbeda : Monohibrid.Peristiwa pemisahan alel ini terlihat ketika pembikinan gamet individu yang memiliki genotipe heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu(Suryo.1984).
Mendel menyilang kacang kapri atau ercis normal (tinggi) dengan kacang kapri kerdil (rendah, abnormal). Ukuran yang normal itu ialah 1,8 m, yang kerdil 0,3 m. Untuk melakukan persilangan itu, penyerbukan sendiri dicegah lebih dulu dengan membuang benang sari bunga bersangkutan sebelum sempat matang, lalu serbuk sari dari batang pohon lain yang diinginkan dilekatkan ke kepala putik, sehingga terjadilah penyerbukan silang buatan. Biji yang dihasilkan oleh bunga yang disilangkan itu ditanam, tumbuhlah tanaman yang memiliki karakter hasil persilangan, dalam hal ini ercis batang tinggi x batang rendah(Yatim Wildan, 2003).
Mendel mengibaratkan kacang semula bergenotipe TT. Berasal dari kata tall dalam bahasa Inggeris, artinya tinggi. Sedang kacang kerdil bergenotipe tt. Hasil silangan bergenotipe Tt. Kalau Tt ini melakukan penyerbukan sendiri (secara alamiah), Tt x tt, maka turunannya memiliki genotipe tiga macam : TT, Tt dan tt(Yatim Wildan, 2003).
Tanaman bergenotipe TT dan Tt katanya berfenotipe sama, yakni tinggi. Karakter t untuk rendah karena resesif, ditutupi oleh T yang menumbuhkan karakter tinggi. Jadi karakter tinggi dominan(Yatim Wildan, 2003).
Mendel menemui pula, bahwa keturunan dari hasil penyerbukan sendiri itu jeuh lebih banyak jumlah yang tinggi daripada yang rendah. Kalau dihitung tanaman itu langsung di kebun, secara rata-rata dia dapat bahwa perbandingan (ratio) antara tinggi dengan rendah ialah 3:1(Yatim Wildan, 2003).




Dari hasil persilangan Mendel kelihatan Ratio Genotipe pada turunan kedua ialah: 1TT : 2Tt : 1tt. Karena fenotipe TT sama dengan Tt, maka ratio fenotipe semua ialah: 1 tinggi : 2 tinggi : 1 rendah. Disingkat: 3 tinggi : 1 rendah(Yatim Wildan, 2003).
Dikenal juga sebagai Hukum Asortasi atau Hukum Berpasangan Secara Bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan termasuk alelnya.

Hukum Mendel 2 ini dapat dijelaskan melalui oersilangan dihibrida, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji (bulat+keriput) dan warna biji (kuning+hijau). Pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan biji keriput warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Karena setiap gen dapat berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antara F1 diperoleh tanaman bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau dan keriput hijau.

Hukum Memdel 2 ini hanya berlaku untuk gen yang letaknya berjauhan. Jika kedua gen itu letaknya berdekatan hukum ini tidak berlaku. Hukum Mendel 2 ini juga tidak berlaku untuk persilangan monohibrid.

Misalnya dalam penyilangan buncis,buncis dengan dua sifat beda (dihibrida). Buncis biji bulat warna kuning disilangkan dengan biji keriput warna hijau. Keturunan pertama semuanya berbiji bulat warna kuning. Artinya, sifat bulat dominan terhadap sifat keriput dan kuning dominan terhadap warna hijau.








Persilangan antar F1 mengasilkan keturunan kedua (F2) sebagai berikut: 315 tanaman bulat kuning, 101 tanaman keriput kuning, 108 tanaman bulat hijau dan 32 keriput hijau. Jika diperhatikan, perbandingan antara tanaman bulat kuning : keriput kuning : bulat hijau : keriput hijau adalah mendekati 9:3:3:1.
P : BBKK (bulat, kuning) X bbkk (keriput, hijau)
F1 : BbKk (bulat, kuning)
F1XF1 : BbKk (bulat, kuning) X BbKk (bulat, kuning)
Gamet : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk
Untuk dapat menentukan apakah suatu fenomena yang diamati sesuai atau tidak dengan teori tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya penyimpangan nilai pengamatan terhadap nilai harapan. Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati terhadap frekuensi harapannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X2 hitung = Ë (oi-Ei)2
Ei
Keterangan:
Oi = nilai pengamatan fenotipe ke -i, Ei = nilai harapan fenotipe ke -i
Keputusan pengujian didapatkan dengan cara membandingkan terhadap X2 d.b. (X2tabel) sebagai berikut:
Bila X2 hitung X2 tabel : maka diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan, atau hipotesis diterima. Sebaliknya jika X2 hitung X2tabel : maka sebaran pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Pada manusia diketahui bahwa rambut keriting adalah dominan terhadap rambut yang lurus. Sebagai contoh seorang pria berambut keriting heterozigot menikah dengan wanita yang juga keriting heterozigot. Apabila mereka mempunyai anak, berapakah kemungkinan anaknya berambut lurus? Dengan



hokum Mendel dapat dihitung bahwa kemingkinannya 1:4. Apabila mereka mempunyai tiga anak dan semuanya berambut lurus, apakah ini berarti anak itu dalah hasil dari luar pernikahan? Tentu saja tidak, karna hukum Mendel hanya memberikan proporsi gen saja tetapi tidak menentukan alel apa yang terdapat dalam sel telur atau sel sperma yang kemudian menjadi keturunan tersebut di atas.Apakah hasil dari percobaan diatas mengungkapkan bahwa hukum Mendel tidak tepat? Tentu tidak karna jumlah keturunan manusia tidak terlalu banyak, sehingga faktor kebetulan dapat memegang peranan yang sangat penting.
Hasil tersebut diatas akan sangan berlainan apabila kita mengamati sekitas seratus pasangan yang bergenotip seperi contoh diatas sekaligus dan menghitung perbandingan anak-anak yang berambut lurus terhadap anak-anak yang berambut keriting dari keseratus pasangan sekaligus.Misalnya kalau setiap pasangan rata-rata mempunyai anak 4 orang, dan ditemukan 95 orang anak yang berambut lurus,apakah kekurangan 5 orang berambut lurus sudah membuktikan bahwa hokum Mendel tidak tepat? Dalam hal ini analisis statistikmerupaka salah satu alat yang tepat untuk menjawab permasalahan ini.
Dalam suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-squrae. (Nio,tjan kiaw.1990)
Peluang menyangut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hokum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak esuai dengan teori.Kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji







Chi-square degan rumus sebagai berikut:
X 2 = ∑ (O.E)2 : E
Dengan:
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai) (Bimasraf.2009)
















METODELOGI
            Praktikum dilaksanakn pada hari Senin tanggal 12 November 2012 dari pukul 13.00-15.00 WIB di laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura. alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kancing genetika atau kancing plastik yang berukuran sama tetapi warnanya berlainan, amplop besar, dan alat tulis. Pada tes monohibrid terdapat 10 kancing merah dan 10 kancing putih. Sedangkan pada tes dihibrid terdapat 10 kancing merah-hijau, 10 kancing merah-kuning, 10 kancing putih-hijau, dan 10 kancing putih-kuning. Kancing tersebut diasumsikan sebagai gamet. Kancing diletakan pada sepasang amplop besar berwarna cokelat dengan tanda gamet (jantan dan betina). Kantong tersebut diasumsikan sebagai alat kelamin.
            Percobaan mengunakan  4 perlakuan berbeda yaitu persilangan monohibri dominan dan intermediet serta persilangan dihibrid dominasi penuh dan intermediet.
Prosedur percobaan persilangan monohibrid dominan yaitu, 2 kantong yang berisi kancing genetika dengan jumlah yang sama digojog. Satu kancing diambil dari masing-masing kantong bertuliskan monohibrid. Anggap warna merah merupakan gen M (dominan), sedangkan warna putih merupakan gen m (resesif) .genotip dan fenotif dicatat. Untuk setiap individu dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali. Selanjutnya, gabungkan dengan data kelas. Dianalisis menggunakan uji X2.  Prosedur pada pengerjaan percobaan untuk monohibrid dominan diulangi. Namun kali ini anggaplah persilangan yang terjadi adalah intermediet.
            Tahapan kerja untuk persilangan dihibrid dominasi penuh yaitu, 2 kantong yang berisi kancing genetika dengan jumlah yang sama. Kancing merah mewakili gen dominan M dengan alelnya kancing warna putih (m), dan kancing kuning mewakili gen dominan N, dengan alelnya kancing warna hijau (n). Genotip dan fenotip. Pengulangan dilakukan 10 kali untuk setiap individu. Selanjutnya gabungkan dengan data kelas. Dianalisis menggunakan uji X2. Prosedur pada


pengerjaan percobaan untuk dihibrid dominan, namun kali ini anggaplah persilangan yang terjadi adalah intermediet.           




















HASIL DAN PEMBAHASAN
v              Data hasil perc Data Kelas
ü  Monohibrid Dominan
Genotip
Fenotip
Jumlah
MM
Merah
235
mm
Putih
85




ü  Monohibrid Intermedier
Genotip
Fenotip
Jumlah
MM
Merah
88
Mm
Pink
149
mm
Putih
83


ü  Dihibrid Dominansi Penuh
Genotip
Fenotip
Jumlah
MN
Merah, tinggi
181
Mnn  
Merah, Pendek
58
mmN
Putih, Tinggi
61
mmnn
Putih, Pendek
20


ü  Dihibrid intermedier
Fenotip
Jumlah
Merah, Tinggi
19
Pink, Tinggi
39
Merah, Sedang
52
Pink, Sedang
91
Putih, Tinggi
17
Putih, Sedang
38
Merah, Pendek
32
Pink, Pendek
57
Putih, Pendek
15

·         Data pribadi
v  Monohibrid dominan
fenotip
jumlah
Merah
6
Putih
4

v  Monohibrid Intermediet
genotip
fenotip
jumlah
MM
merah
2
Mm
pink
6
Mm
putih
4


v  Dihibrid Dominan
genotip
Fenotip
jumlah
MmNn
Merah,tinggi
8
mmNN
Putih,tinggi
2

v  Dihibrid intermediet
Genotip
Fenotip
Jumlah
Mmnn
Pink,rendah
1
MmNN
Pink,tinggi
1
MmNn
Pink,sedang
4
MMNn
Merah,sedang
2
mmNn
Putih,sedang
1
MMNN
Merah,tinggi
1




Perhitungan data kelas
Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Monohibrid dominan
Fenotip
O
E
O - E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah
235
240
-5
25
0,1042
Putih
85
80
5
25
0,3125





X2hitung = 0,4167

Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 2 – 1 = 1
Jadi X2tabel (0.05) = 3,84. Karena X2hitung = 0,4167 < X2tabel = 3,84, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.

ü  Monohibrid Intermedier
Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Monohibrid intermedier
Fenotip
O
E
O – E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah
88
80
8
64
0,80
Pink
149
160
-11
121
0,76
Putih
83
80
3
9
0,11





X2hitung = 1,67

Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,



Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 3 – 1 = 2.
Jadi X2tabel(0.05) = 5,99. Karena X2hitung = 1,67 < X2tabel = 5,99, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.


ü  Dihibrid Dominan

Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Dihibrid dominan
Fenotip
O
E
O – E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah,Tinggi
181
180
1
1
0,005
Merah, Pendek
58
60
-2
4
0,067
Putih, Tinggi
61
60
1
1
0,017
Putih, Pendek
20
20
0
0
0





X2hitung = 0,089

Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 4 – 1 = 3.
Jadi X2tabel(0.05) = 7,82. Karena X2hitung = 0,089 < X2tabel = 7,82, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi yang terjadi karena faktor kebetulan.

ü  Dihibrid Intermedier
Hasil Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Dihibrid intermedier
Fenotip
O
E
O – E = d
(d)2
X2 = (d)2 / E
Merah,Hijau
19
22.5
-3.5
12.25
0.5444
Pink, Hijau
39
45
-6
36
0.8
Merah ,Biru
52
45
7
49
1.0888
Pink, Biru
91
90
1
1
0.0111
Putih, Hijau
17
22.5
-5.5
30.25
1.3444
Putih, Biru
38
45
-7
49
1.0888
Merah,Kuning
32
22.5
9.5
90.25
4.0111
Pink,Kuning
57
45
12
144
3.2
Putih, Kuning
15
22.5
-7.5
56.25
2.5





X2hitung = 14.5886

Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 9 – 1 = 8.
Jadi X2tabel(0.05) = 15,507. Karena X2hitung = 14.5886 < X2tabel = 15,507, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel.

Ø  Perhitungan data pribadi

Perhitungan hitung Monohibrid dominan
Genotip
O
e
D
X2 = (d)2 / e
Merah
6
5
1
1
0,2
Putih
4
5
-1
1
0,2
Jumlah




0,4


Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,


nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 2 – 1 = 1
kesimpulan bahwa percobaan sesuai dengan hukum Mendel karena nilai hitung yaitu 0,4 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel pada df ialah 3,84

       hitung monohibrid intermediet
Fenotip
O
e
D
X2 = (d)2 / e
Merah
2
2
0
0
0
Pink
6
6
0
0
0
Putih
2
2
0
0
0
Jumlah




0

Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 3 – 1 = 1

Jadi X2tabel(0.05) = 5,99. Karena X2hitung = 0 < X2tabel = 5,99, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel.

hitung dihibrid dominan
Fenotip
O
e
d
X2 = (d)2 / e
Merah,tinggi
8
8
0
0
0
Putih tinggi
2
2
0
0
0
Jumlah
10
10
0
0
0

Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,


nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 2– 1 = 1

Jadi X2tabel(0.05) = 3,84. Karena X2hitung = 0 < X2tabel = 3,84, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel

   hitung Dihibrid intermediet
Fenotip
O
E
d
X2 = (d)2 / e
Pink,rendah
1
1
0
0
0
Pink,tinggi
1
1
0
0
0
Pink,sedang
4
4
0
0
0
Merah,sedang
2
2
0
0
0
Putih,sedang
1
1
0
0
0
Merah,tinggi
1
1
0
0
0
Jumlah




0


Nilai X2hitung dibandingkan dengan nilai X2tabel,
nilai derajat bebas (DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 6– 1 = 5

Jadi X2tabel(0.05) = . Karena X2hitung = 0 < X2tabel = 3,84, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel







PEMBAHASAN
            Pada prakikum kali ini ilah tentang imitasi perbandingan genetis percobaan mendel yang mana pada percobaan ini mengunakan empat perlakukan yang berbeda ialah monohibrid dominan,monohibrid intermediet,dihibrid dominan dan dihibrid intermediet.percobaan ini mengunaka kancing yag digojog tujuan dari pengocokan ini ialah agar kita melakukan randomisasi,selain itu kita juga tidak boleh melihat/mengintip apabila kita ingin mengambil kancing tersebut sehingga data yang didapatkan benar-benar akurat.
monohibrid identik dengan hukum mendel 1 sedangkan dihibrid identik dengan hukum Mendel 2.persilanga dominan dapat dikatakan bahwa dalam melakukan penyilangan kita mendapatka hasil yang salah satunya membawa sifat dominan dari induknya,sedangkan untuk intermediet hasil yang didapatkan ialah keturunan yang tidak mirip dengan salah satu sifat induknya, tetapi sifat keturunannya berada di antara sifat kedua induknya yang disebut sifat antara atau intermediet.
            Pada percobaan mengunakan kancing yang diibaratkan gamet ini mengunakan data kelas dan data pribadi yaitu dengan tjuan agar dapat membandingkan ,antara  data masing-masing orang  dan kelas sehingga akan terlihat apakah ada perbedaan antara data kelas dan data individu.
            Pada data kelas yang monohibrid dominan didapatka hasil yang sesuai dengan hukum mendel karena nilai  hitung lebih kecil daripada nilai tabel pada df1 yaitu 0,416dan 3,84,pada perilangan monohibrid dominan ini hasil ynag paling banyak muncul ialah warna merah,sedangkan untuk data kelas dihibrid dominan hasil yang didapatka juga sesuai dengan hukum mendel2 karena nilai 0,087 dan  tabel pada df3 ialah 7,82 yang artinya nilai  hitung lebih kecil dari tabel pada df3 dengan genotip yang paling sering muncul ialah MMTTdan genotip yang terbanyak ialah mmtt.
           

Data kelas pada monohibrid intermediet  hasil percobaanya  sesuai dengan nisbah hukum mendel  karena nilai hitung yaitu 1,67 lebih besar daripada nilai pada  tabel pada df3 ialah 7,82.dengan genotip yang domina ialah Mmuntuk dihibrid intermediet hasil yang didapatkan ialah sesuai dengan nisbah mendel karena nilai pada  hitung yaitu14,58 lebih kecil dibandingkan dengan tabel pada df8 ialah n15,507,dengan genotip yang paling sering muncul ialah MmTt.
            Untuk data pribadi pada monohibrid dominan hasil percobaanya sesuai dengan nisbah mendel karena nilai dengan nilai 0,4 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel pada df1 ialah 3,84 dengan genotip yang paling banyak ialah MM yang tidak berbeda jauh dengan mm.untuk dihibrid dominan hasil yang didaptkan juga sesuai dengan nisbah mendel2 hal ini disebabkan karena nilai hitung yaitu 0 lebih besar dibandingkan dengan nilai pada tabel pada df1 yaitu 3,84,dengan genotip yang paling banyak ilalah MmNn.
            Sedangkan untuk monohibrid intermediet hasil yang didaptka juga sesuai dengan hukum mendel yaitu nilali dari hitung yaitu 0 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel pada df2 yaitu 5,99,untuk dihibrid intermediet hasil  yang didapatkan pun sesuai dengan hukum mendel hal dapat dilihat nilai dari hitung yaitu 0 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel pada df5 11,07.
            Hasil percobaan yang telah dilakukan dan hasilnya tidak sesuai dengan hukum mendel dapat disebabkan karena dalam melakukan percobaanya kurfang randomisasi ini dapat disebabkan karena dalam melakuan pengjokan praktikan kurang lama atau mungkin dalam mealakukan percobaanya kancingnya tidak di gojog sehingga menyebabkan data yang didapat ada yang lebih dominan atau perbangingan antara genotip satu dengan yang lainya berbeda jauh.




KESIMPULAN
            Berdasarkan pembahasan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan daintra nya ialah hasil percobaanya sesuai dengan hukum mendel apabila hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel,dan sebaliknya pabila hasil percobaan tidak sesuai dengan hukum mendel maka nilai pada hitung lebih besar daripada nilai pada tabel.
            Apabila hasil yang didaptka tidak sesuai dengan hukum mendel dapat disebkan karena pengocokan yang kita lakukan sebelum mengambil kancing kurang merata,dari hasil yang di dapatkan bahwa rata-rata hasil yang didaptka sesuai dengan hukum mendel baik pada data kelas maupun data pribadi,akan tetapi pada data kelas monohibrid intermediet dapat terlihat dari nilai  yang lebih besar daripada nilai tabel.













REFERENSI
Bhimasarf.2009.ImitasiPerbandinganGenetik.(http://bhimashraf.blogspot.com/2009/12/imitasi-perbandingan-genetik-i-imitasi.html) diakses pada tanggal 18 11 2012
Mabio.2009.Imitasi Perbandingan Genetis(mabio-unja.blogspot.com/2009/09/imitasi-perbandingan-genetis.html) diakses pada tangal 18 November 2012
Nio,Tjan kwiauw.1990.Genetika Dasar.ITB Press: Bandung
Yatim,Wildan.2003.Genetika.Bandung:Tarsito
Suryo.1984.Genetika. Yogyakarta: UGM Press.