IMITASI
PERBANDINGAN GENETIS PERBANDINGAN MENDEL
ABSTRAK
Mendel
melakukan sebuah eksperimen dengan mengunakan kacang ercis Hasil dari
persilangan tersebut kemudian disilangkan dengan sesamanya kemudian didapatkan
keturunan kedua. Pada keturunan pertama
tidak muncul ercis keriput, sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput muncul,jadi
terdapat sifat yang dominan dan sifat resesif sifat yang dominan ialah sifat
yang tampak sedangkan sifat diantara dominan dan resefif(diantara) dinamakan
intermediet,dikenal juga ada hukum 1 mendel dan hukum 2 mendel dalam melaukan
percobaan ini yang inigin dilihat ialah gambaran tentang kemungkina gen yang
dibawa oleh gamet akan bertemu secara acak serta meelakukan pengujian lewat tes
,pada
percobaan ini mengunakan kancing genetika yang dianggap sebagai gamet dan
mengunakan perlakukan yang berbda-beda yaitu monohibrid dominan dan intermediet
serta dihibrid dominan dan intermediet hasil yang didapatkan bahwa rata-rata
dari data kelas dan data pribadi sesuai dengan hukum mendel yang ditandai
dengan apabila nilai
hitung lebih kecil daripada nilai
tabel
pada df maka sesuai dengan hukum mendel dan sebaliknya,pada persilangan data
kelas monohibrid intermediet tidak sesuai dengan hukum mendel,ketidaksesuaian
ini dapat disebabkan karena dalam pengocokan sebelum mengambil kancing tidak
merata.
Kata kunci:hukum mendel,monohibrid
dominan dan intermediet,dihibrid dominan dan intermediet,
hasil,
tabel.
PENDAHULUAN
Seperti
yang kita ketahui bahwa ada sifat-sifat yang diwariskan oleh induk kepada
keturunanya dan Mendel melakukan membuat suatu model pewarisan sifat-sifat
tersebut yang kebenaranya diakui sampai saat ini yaitu dengan mengunakan metode
matematis yang membantu menganalisis data yang dihasilkan.
Dalam melakukan percobaan tersebut
Mendel mengunakan kacang ercis Mendel menyilangkan ercis varietas biji bulat
dengan varietas biji keriput. Hasil dari persilangan tersebut kemudian
disilangkan dengan sesamanya kemudian didapatkan keturunan kedua. Pada keturunan pertama tidak muncul ercis keriput,
sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput muncul,jadi dalam mengetahui sifat
pewarisan ini kita sebagai orang biologi harus mengetahui bagaimana gambran
dari pewarisan sifat yang dilkaukan oleh Mendel oleh karena itu pada praktikum
kali ini ialah tentang imitasi perbandingan genetis percobaan mendel dengan
tujuan praktikum ialah mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen yang dibawa
oleh gamet akan bertemu secara accak serta melakukan pengujian lewat tes
.
Persilangan
monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat
beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau
yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet
untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.”
Mendel
pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan
penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di
dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I.
Sesungguhnya
di masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui
adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat
yang membina
bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu
(determinant) atau disingkat dengan factor.
Hukum Mendel I :
pemisahan gen sealel. Dalam bahasa Inggris disebut : ”Segregation of allelic
genes”. Hukum ini disebut juga Hukum Segregasi. Berdasarkan percobaan
menyilang 2 individu yang memiliki 1 karakter berbeda : Monohibrid.Peristiwa
pemisahan alel ini terlihat ketika pembikinan gamet individu yang memiliki
genotipe heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu(Suryo.1984).
Mendel menyilang kacang kapri atau ercis
normal (tinggi) dengan kacang kapri kerdil (rendah, abnormal). Ukuran yang
normal itu ialah 1,8 m, yang kerdil 0,3 m. Untuk melakukan persilangan itu,
penyerbukan sendiri dicegah lebih dulu dengan membuang benang sari bunga
bersangkutan sebelum sempat matang, lalu serbuk sari dari batang pohon lain
yang diinginkan dilekatkan ke kepala putik, sehingga terjadilah penyerbukan
silang buatan. Biji yang dihasilkan oleh bunga yang disilangkan itu ditanam,
tumbuhlah tanaman yang memiliki karakter hasil persilangan, dalam hal ini ercis
batang tinggi x batang rendah(Yatim Wildan, 2003).
Mendel
mengibaratkan kacang semula bergenotipe TT. Berasal dari kata tall
dalam bahasa Inggeris, artinya tinggi. Sedang kacang kerdil bergenotipe tt.
Hasil silangan bergenotipe Tt. Kalau Tt ini melakukan penyerbukan
sendiri (secara alamiah), Tt x tt, maka turunannya memiliki genotipe tiga macam
: TT, Tt dan tt(Yatim Wildan, 2003).
Tanaman bergenotipe
TT dan Tt katanya berfenotipe sama, yakni tinggi. Karakter t untuk rendah
karena resesif, ditutupi oleh T yang menumbuhkan karakter tinggi. Jadi karakter
tinggi dominan(Yatim Wildan, 2003).
Mendel menemui pula,
bahwa keturunan dari hasil penyerbukan sendiri itu jeuh lebih banyak jumlah
yang tinggi daripada yang rendah. Kalau dihitung tanaman itu langsung di kebun,
secara rata-rata dia dapat bahwa perbandingan (ratio) antara tinggi
dengan rendah ialah 3:1(Yatim Wildan, 2003).
Dari
hasil persilangan Mendel kelihatan Ratio Genotipe pada turunan kedua ialah: 1TT
: 2Tt : 1tt. Karena fenotipe TT sama dengan Tt, maka ratio fenotipe semua
ialah: 1 tinggi : 2 tinggi : 1 rendah. Disingkat: 3 tinggi : 1 rendah(Yatim
Wildan, 2003).
Dikenal juga sebagai Hukum Asortasi atau Hukum
Berpasangan Secara Bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan
secara bebas dengan gen/sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat
tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan termasuk alelnya.
Hukum Mendel 2 ini dapat dijelaskan
melalui oersilangan dihibrida, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan
dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji (bulat+keriput) dan warna biji
(kuning+hijau). Pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan
biji keriput warna hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Karena
setiap gen dapat berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antara F1
diperoleh tanaman bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau dan keriput hijau.
Hukum Memdel 2 ini hanya berlaku
untuk gen yang letaknya berjauhan. Jika kedua gen itu letaknya berdekatan hukum
ini tidak berlaku. Hukum Mendel 2 ini juga tidak berlaku untuk persilangan
monohibrid.
Misalnya dalam penyilangan buncis,buncis dengan dua
sifat beda (dihibrida). Buncis biji bulat warna kuning disilangkan dengan biji
keriput warna hijau. Keturunan pertama semuanya berbiji bulat warna kuning.
Artinya, sifat bulat dominan terhadap sifat keriput dan kuning dominan terhadap
warna hijau.
Persilangan antar F1 mengasilkan keturunan kedua (F2)
sebagai berikut: 315 tanaman bulat kuning, 101 tanaman keriput kuning, 108
tanaman bulat hijau dan 32 keriput hijau. Jika diperhatikan, perbandingan
antara tanaman bulat kuning : keriput kuning : bulat hijau : keriput hijau
adalah mendekati 9:3:3:1.
P : BBKK (bulat, kuning) X bbkk
(keriput, hijau)
F1 : BbKk (bulat, kuning)
F1XF1 : BbKk (bulat, kuning) X BbKk (bulat, kuning)
Gamet : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk
F1 : BbKk (bulat, kuning)
F1XF1 : BbKk (bulat, kuning) X BbKk (bulat, kuning)
Gamet : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk
Untuk dapat menentukan apakah suatu
fenomena yang diamati sesuai atau tidak dengan teori tertentu, perlu dilakukan
suatu pengujian dengan melihat besarnya penyimpangan nilai pengamatan
terhadap nilai harapan. Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut dibandingkan
terhadap kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan dibandingkan
frekuensi genotipe yang diamati terhadap frekuensi harapannya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
X2 hitung = Ë (oi-Ei)2
Ei
Keterangan:
Oi = nilai pengamatan fenotipe ke -i, Ei = nilai
harapan fenotipe ke -i
Keputusan pengujian didapatkan
dengan cara membandingkan terhadap X2 d.b. (X2tabel)
sebagai berikut:
Bila X2 hitung X2
tabel : maka diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan
sebaran harapan, atau hipotesis diterima. Sebaliknya jika X2
hitung X2tabel : maka sebaran pengamatan berbeda nyata dengan
sebaran harapan.
Pada manusia diketahui bahwa rambut
keriting adalah dominan terhadap rambut yang lurus. Sebagai contoh seorang pria
berambut keriting heterozigot menikah dengan wanita yang juga keriting
heterozigot. Apabila mereka mempunyai anak, berapakah kemungkinan anaknya
berambut lurus? Dengan
hokum Mendel dapat dihitung bahwa
kemingkinannya 1:4. Apabila mereka mempunyai tiga anak dan semuanya berambut
lurus, apakah ini berarti anak itu dalah hasil dari luar pernikahan? Tentu saja
tidak, karna hukum Mendel hanya memberikan proporsi gen saja tetapi tidak
menentukan alel apa yang terdapat dalam sel telur atau sel sperma yang kemudian
menjadi keturunan tersebut di atas.Apakah hasil dari percobaan diatas
mengungkapkan bahwa hukum Mendel tidak tepat? Tentu tidak karna jumlah
keturunan manusia tidak terlalu banyak, sehingga faktor kebetulan dapat
memegang peranan yang sangat penting.
Hasil tersebut diatas akan sangan
berlainan apabila kita mengamati sekitas seratus pasangan yang bergenotip
seperi contoh diatas sekaligus dan menghitung perbandingan anak-anak yang
berambut lurus terhadap anak-anak yang berambut keriting dari keseratus
pasangan sekaligus.Misalnya kalau setiap pasangan rata-rata mempunyai anak 4
orang, dan ditemukan 95 orang anak yang berambut lurus,apakah kekurangan 5
orang berambut lurus sudah membuktikan bahwa hokum Mendel tidak tepat? Dalam
hal ini analisis statistikmerupaka salah satu alat yang tepat untuk menjawab
permasalahan ini.
Dalam suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang
tepat betul, karena selalu saja ada penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah
berapa banyak penyimpangan yang masih bisa kita terima.Menurut perhitungan para
ahli statistic tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas
normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya dilakukan
analisis Chi-squrae. (Nio,tjan kiaw.1990)
Peluang menyangut derajat kepastian
apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika,
segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hokum peluang. Rasio
persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara
dominant penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak esuai dengan
teori.Kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji
Chi-square degan rumus
sebagai berikut:
X 2 = ∑ (O.E)2 : E
Dengan:
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai) (Bimasraf.2009)
METODELOGI
Praktikum
dilaksanakn pada hari Senin tanggal 12 November 2012 dari pukul 13.00-15.00 WIB
di laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura. alat dan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah kancing genetika atau kancing plastik
yang berukuran sama tetapi warnanya berlainan, amplop besar, dan alat tulis.
Pada tes monohibrid terdapat 10 kancing merah dan 10 kancing putih. Sedangkan
pada tes dihibrid terdapat 10 kancing merah-hijau, 10 kancing merah-kuning, 10
kancing putih-hijau, dan 10 kancing putih-kuning. Kancing tersebut diasumsikan
sebagai gamet. Kancing diletakan pada sepasang amplop besar berwarna cokelat
dengan tanda gamet (jantan dan betina). Kantong tersebut diasumsikan sebagai
alat kelamin.
Percobaan mengunakan 4 perlakuan berbeda yaitu persilangan
monohibri dominan dan intermediet serta persilangan dihibrid dominasi penuh dan
intermediet.
Prosedur
percobaan persilangan monohibrid dominan yaitu, 2 kantong yang berisi kancing
genetika dengan jumlah yang sama digojog. Satu kancing diambil dari
masing-masing kantong bertuliskan monohibrid. Anggap warna merah merupakan gen
M (dominan), sedangkan warna putih merupakan gen m (resesif) .genotip dan
fenotif dicatat. Untuk setiap individu dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali.
Selanjutnya, gabungkan dengan data kelas. Dianalisis menggunakan uji X2. Prosedur pada pengerjaan percobaan untuk
monohibrid dominan diulangi. Namun kali ini anggaplah persilangan yang terjadi
adalah intermediet.
Tahapan kerja untuk persilangan
dihibrid dominasi penuh yaitu, 2 kantong yang berisi kancing genetika dengan
jumlah yang sama. Kancing merah mewakili gen dominan M dengan alelnya kancing
warna putih (m), dan kancing kuning mewakili gen dominan N, dengan alelnya
kancing warna hijau (n). Genotip dan fenotip. Pengulangan dilakukan 10 kali
untuk setiap individu. Selanjutnya gabungkan dengan data kelas. Dianalisis
menggunakan uji X2. Prosedur pada
pengerjaan
percobaan untuk dihibrid dominan, namun kali ini anggaplah persilangan yang
terjadi adalah intermediet.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
v Data hasil perc Data Kelas
ü Monohibrid Dominan
Genotip
|
Fenotip
|
Jumlah
|
MM
|
Merah
|
235
|
mm
|
Putih
|
85
|
ü Monohibrid Intermedier
Genotip
|
Fenotip
|
Jumlah
|
MM
|
Merah
|
88
|
Mm
|
Pink
|
149
|
mm
|
Putih
|
83
|
ü Dihibrid Dominansi Penuh
Genotip
|
Fenotip
|
Jumlah
|
M•N•
|
Merah,
tinggi
|
181
|
M•nn
|
Merah,
Pendek
|
58
|
mmN•
|
Putih,
Tinggi
|
61
|
mmnn
|
Putih,
Pendek
|
20
|
ü Dihibrid intermedier
Fenotip
|
Jumlah
|
Merah,
Tinggi
|
19
|
Pink,
Tinggi
|
39
|
Merah,
Sedang
|
52
|
Pink,
Sedang
|
91
|
Putih,
Tinggi
|
17
|
Putih,
Sedang
|
38
|
Merah,
Pendek
|
32
|
Pink,
Pendek
|
57
|
Putih,
Pendek
|
15
|
·
Data
pribadi
v Monohibrid dominan
fenotip
|
jumlah
|
Merah
|
6
|
Putih
|
4
|
v Monohibrid Intermediet
genotip
|
fenotip
|
jumlah
|
MM
|
merah
|
2
|
Mm
|
pink
|
6
|
Mm
|
putih
|
4
|
v Dihibrid Dominan
genotip
|
Fenotip
|
jumlah
|
MmNn
|
Merah,tinggi
|
8
|
mmNN
|
Putih,tinggi
|
2
|
v Dihibrid intermediet
Genotip
|
Fenotip
|
Jumlah
|
Mmnn
|
Pink,rendah
|
1
|
MmNN
|
Pink,tinggi
|
1
|
MmNn
|
Pink,sedang
|
4
|
MMNn
|
Merah,sedang
|
2
|
mmNn
|
Putih,sedang
|
1
|
MMNN
|
Merah,tinggi
|
1
|
Perhitungan data kelas
Hasil
Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Monohibrid dominan
Fenotip
|
O
|
E
|
O - E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah
|
235
|
240
|
-5
|
25
|
0,1042
|
Putih
|
85
|
80
|
5
|
25
|
0,3125
|
X2hitung = 0,4167
|
Nilai X2hitung
dibandingkan dengan nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas
(DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 2 – 1 = 1
Jadi X2tabel
(0.05) = 3,84. Karena X2hitung = 0,4167 < X2tabel
= 3,84, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi
yang terjadi karena faktor kebetulan.
ü Monohibrid Intermedier
Hasil
Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Monohibrid intermedier
Fenotip
|
O
|
E
|
O – E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah
|
88
|
80
|
8
|
64
|
0,80
|
Pink
|
149
|
160
|
-11
|
121
|
0,76
|
Putih
|
83
|
80
|
3
|
9
|
0,11
|
X2hitung = 1,67
|
Nilai X2hitung
dibandingkan dengan nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas
(DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 3 – 1 = 2.
Jadi X2tabel(0.05)
= 5,99. Karena X2hitung = 1,67 < X2tabel
= 5,99, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi
yang terjadi karena faktor kebetulan.
ü Dihibrid Dominan
Hasil
Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Dihibrid dominan
Fenotip
|
O
|
E
|
O – E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah,Tinggi
|
181
|
180
|
1
|
1
|
0,005
|
Merah, Pendek
|
58
|
60
|
-2
|
4
|
0,067
|
Putih, Tinggi
|
61
|
60
|
1
|
1
|
0,017
|
Putih, Pendek
|
20
|
20
|
0
|
0
|
0
|
X2hitung = 0,089
|
Nilai X2hitung
dibandingkan dengan nilai X2tabel,
Nilai derajat bebas
(DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 4 – 1 = 3.
Jadi X2tabel(0.05)
= 7,82. Karena X2hitung = 0,089 < X2tabel
= 7,82, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel, maka deviasi
yang terjadi karena faktor kebetulan.
ü Dihibrid Intermedier
Hasil
Perhitungan Uji χ2 pada persilangan Dihibrid intermedier
Fenotip
|
O
|
E
|
O – E = d
|
(d)2
|
X2
= (d)2 / E
|
Merah,Hijau
|
19
|
22.5
|
-3.5
|
12.25
|
0.5444
|
Pink, Hijau
|
39
|
45
|
-6
|
36
|
0.8
|
Merah ,Biru
|
52
|
45
|
7
|
49
|
1.0888
|
Pink, Biru
|
91
|
90
|
1
|
1
|
0.0111
|
Putih, Hijau
|
17
|
22.5
|
-5.5
|
30.25
|
1.3444
|
Putih, Biru
|
38
|
45
|
-7
|
49
|
1.0888
|
Merah,Kuning
|
32
|
22.5
|
9.5
|
90.25
|
4.0111
|
Pink,Kuning
|
57
|
45
|
12
|
144
|
3.2
|
Putih, Kuning
|
15
|
22.5
|
-7.5
|
56.25
|
2.5
|
X2hitung
= 14.5886
|
Nilai X2hitung
dibandingkan dengan nilai X2tabel,
nilai derajat bebas (DB)
merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 9 – 1 = 8.
Jadi X2tabel(0.05)
= 15,507. Karena X2hitung = 14.5886 < X2tabel
= 15,507, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel.
Ø Perhitungan data pribadi
Perhitungan
hitung Monohibrid dominan
Genotip
|
O
|
e
|
D
|
X2
= (d)2 / e
|
|
Merah
|
6
|
5
|
1
|
1
|
0,2
|
Putih
|
4
|
5
|
-1
|
1
|
0,2
|
Jumlah
|
0,4
|
Nilai X2hitung
dibandingkan dengan nilai X2tabel,
nilai derajat bebas
(DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 2 – 1 = 1
kesimpulan bahwa
percobaan sesuai dengan hukum Mendel karena nilai
hitung yaitu 0,4 lebih kecil dibandingkan
dengan nilai
tabel pada df ialah 3,84
hitung
monohibrid intermediet
Fenotip
|
O
|
e
|
D
|
X2
= (d)2 / e
|
|
Merah
|
2
|
2
|
0
|
0
|
0
|
Pink
|
6
|
6
|
0
|
0
|
0
|
Putih
|
2
|
2
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
0
|
Nilai X2hitung
dibandingkan dengan nilai X2tabel,
nilai derajat bebas
(DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 3 – 1 = 1
Jadi X2tabel(0.05)
= 5,99. Karena X2hitung = 0 < X2tabel
= 5,99, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel.
hitung
dihibrid dominan
Fenotip
|
O
|
e
|
d
|
X2
= (d)2 / e
|
|
Merah,tinggi
|
8
|
8
|
0
|
0
|
0
|
Putih
tinggi
|
2
|
2
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
10
|
10
|
0
|
0
|
0
|
Nilai X2hitung
dibandingkan dengan nilai X2tabel,
nilai derajat bebas
(DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 2– 1 = 1
Jadi X2tabel(0.05)
= 3,84. Karena X2hitung = 0 < X2tabel
= 3,84, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel
hitung Dihibrid
intermediet
Fenotip
|
O
|
E
|
d
|
X2
= (d)2 / e
|
|
Pink,rendah
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
Pink,tinggi
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
Pink,sedang
|
4
|
4
|
0
|
0
|
0
|
Merah,sedang
|
2
|
2
|
0
|
0
|
0
|
Putih,sedang
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
Merah,tinggi
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
0
|
Nilai X2hitung
dibandingkan dengan nilai X2tabel,
nilai derajat bebas
(DB) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi satu = 6– 1 = 5
Jadi X2tabel(0.05)
= . Karena X2hitung = 0 < X2tabel
= 3,84, Maka hasil persilangan yang diuji memenuhi nisbah Mendel
PEMBAHASAN
Pada prakikum kali ini ilah tentang
imitasi perbandingan genetis percobaan mendel yang mana pada percobaan ini
mengunakan empat perlakukan yang berbeda ialah monohibrid dominan,monohibrid
intermediet,dihibrid dominan dan dihibrid intermediet.percobaan ini mengunaka
kancing yag digojog tujuan dari pengocokan ini ialah agar kita melakukan
randomisasi,selain itu kita juga tidak boleh melihat/mengintip apabila kita
ingin mengambil kancing tersebut sehingga data yang didapatkan benar-benar
akurat.
monohibrid
identik dengan hukum mendel 1 sedangkan dihibrid identik dengan hukum Mendel
2.persilanga dominan dapat dikatakan bahwa dalam melakukan penyilangan kita
mendapatka hasil yang salah satunya membawa sifat dominan dari induknya,sedangkan
untuk intermediet hasil yang didapatkan ialah keturunan yang tidak mirip dengan
salah satu sifat induknya, tetapi sifat keturunannya berada di antara sifat
kedua induknya yang disebut sifat antara atau intermediet.
Pada percobaan mengunakan kancing
yang diibaratkan gamet ini mengunakan data kelas dan data pribadi yaitu dengan
tjuan agar dapat membandingkan ,antara
data masing-masing orang dan
kelas sehingga akan terlihat apakah ada perbedaan antara data kelas dan data
individu.
Pada data kelas yang monohibrid
dominan didapatka hasil yang sesuai dengan hukum mendel karena nilai
hitung lebih kecil daripada nilai
tabel pada df1 yaitu 0,416dan 3,84,pada
perilangan monohibrid dominan ini hasil ynag paling banyak muncul ialah warna
merah,sedangkan untuk data kelas dihibrid dominan hasil yang didapatka juga
sesuai dengan hukum mendel2 karena nilai
0,087 dan
tabel pada df3 ialah 7,82 yang artinya nilai
hitung lebih kecil dari
tabel pada df3 dengan genotip yang paling
sering muncul ialah MMTTdan genotip yang terbanyak ialah mmtt.
Data
kelas pada monohibrid intermediet hasil
percobaanya sesuai dengan nisbah hukum
mendel karena nilai
hitung yaitu 1,67 lebih besar daripada
nilai pada
tabel pada df3 ialah 7,82.dengan genotip
yang domina ialah Mmuntuk dihibrid intermediet hasil yang didapatkan ialah
sesuai dengan nisbah mendel karena nilai pada
hitung yaitu14,58 lebih kecil dibandingkan
dengan
tabel pada df8 ialah n15,507,dengan
genotip yang paling sering muncul ialah MmTt.
Untuk data pribadi pada monohibrid
dominan hasil percobaanya sesuai dengan nisbah mendel karena nilai
dengan nilai 0,4 lebih kecil dibandingkan
dengan nilai
tabel pada df1 ialah 3,84 dengan genotip
yang paling banyak ialah MM yang tidak berbeda jauh dengan mm.untuk dihibrid
dominan hasil yang didaptkan juga sesuai dengan nisbah mendel2 hal ini
disebabkan karena nilai
hitung yaitu 0 lebih besar dibandingkan
dengan nilai pada
tabel pada df1 yaitu 3,84,dengan genotip
yang paling banyak ilalah MmNn.
Sedangkan untuk monohibrid
intermediet hasil yang didaptka juga sesuai dengan hukum mendel yaitu nilali
dari
hitung yaitu 0 lebih kecil dibandingkan
dengan nilai
tabel pada df2 yaitu 5,99,untuk dihibrid
intermediet hasil yang didapatkan pun
sesuai dengan hukum mendel hal dapat dilihat nilai dari
hitung yaitu 0 lebih kecil dibandingkan
dengan nilai
tabel pada df5 11,07.
Hasil percobaan yang telah dilakukan
dan hasilnya tidak sesuai dengan hukum mendel dapat disebabkan karena dalam
melakukan percobaanya kurfang randomisasi ini dapat disebabkan karena dalam
melakuan pengjokan praktikan kurang lama atau mungkin dalam mealakukan
percobaanya kancingnya tidak di gojog sehingga menyebabkan data yang didapat
ada yang lebih dominan atau perbangingan antara genotip satu dengan yang lainya
berbeda jauh.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut
dapat ditarik beberapa kesimpulan daintra nya ialah hasil percobaanya sesuai
dengan hukum mendel apabila
hitung lebih kecil dibandingkan dengan
nilai
tabel,dan sebaliknya pabila hasil
percobaan tidak sesuai dengan hukum mendel maka nilai pada
hitung lebih besar daripada nilai pada
tabel.
Apabila hasil yang didaptka tidak
sesuai dengan hukum mendel dapat disebkan karena pengocokan yang kita lakukan
sebelum mengambil kancing kurang merata,dari hasil yang di dapatkan bahwa
rata-rata hasil yang didaptka sesuai dengan hukum mendel baik pada data kelas
maupun data pribadi,akan tetapi pada data kelas monohibrid intermediet dapat
terlihat dari nilai
yang lebih besar daripada nilai
tabel.
REFERENSI
Bhimasarf.2009.ImitasiPerbandinganGenetik.(http://bhimashraf.blogspot.com/2009/12/imitasi-perbandingan-genetik-i-imitasi.html)
diakses pada tanggal 18 11 2012
Mabio.2009.Imitasi Perbandingan Genetis(mabio-unja.blogspot.com/2009/09/imitasi-perbandingan-genetis.html)
diakses pada tangal 18 November 2012
Nio,Tjan kwiauw.1990.Genetika Dasar.ITB Press: Bandung
Yatim,Wildan.2003.Genetika.Bandung:Tarsito
Suryo.1984.Genetika. Yogyakarta: UGM Press.