LICHEN
Lichen merupakan gabungan antara fungi dan alga
sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut ini
hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah terutama di daerah
sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang
tinggi.
Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut
berperan dalam pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat
masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat
hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang
lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena
teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa
hidup kembali.
Lichenes menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia
yang unik untuk dapat beradaptasi pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut
berguna untuk mengontrol sinar terik matahari, mengusir/menolak (repellen)
herbivora, membunuh mikroba dan mengurangi kompetisi dengan tumbuhan, dll.
Diantaranya berbagai jenis pigmen dan antibiotik yang
juga membuat lichenes ini sangat berguna bagi manusia pada masyarakat
tradisional. Tumbuhan ini memiliki warna yang bervariasi seperti putih, hijau
keabu-abuan, kuning, oranye, coklat, merah dan hitam.
Alga dan jamur bersimbiosis membentuk lichenes baru
jika bertemu jenis yang tepat. Para ahli mengemukakan berbagai pendapat
mengenai pengelompokan atau klasifikasi lichenes dalam dunia tumbuhan. Ada yang
berpendapat bahwa lichenes dimasukkan ke dalam kelompok yang tidak terpisah
dari jamur, tapi kebanyakan ahli berpedapat bahwa lichenes perlu dipisahkan
dari fungi atau menjadi golongan tersendiri.
Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah karena
jamur yang membangun tubuh lichenes tidak akan membentuk tubuh lichenes tanpa
alga. Hal lain didukung oleh karena adanya zat-zat hasil metabolisme yang tidak
ditemui pada alga dan jamur yang hidup terpisah.
Dengan demikian, Lumut kerak (atau Lichenes dalam
istilah ilmiah) adalah suatu organisme majemuk yang merupakan suatu
bentuk simbiosis erat dari fungus(sebagai mycobiont) dengan mitra fotosintetik
(photobiont), yang dapat berupa alga hijau (biasanya Trebouxia) atau
sianobakteri (biasanyaNostoc). Kerja sama ini demikian eratnya sehingga
morfologinya pun berbeda dari komponen simbiotiknya. Pada beberapa kasus bahkan
masing-masing komponen akan mengalami kesulitan hidup apabila ditumbuhkan
terpisah. Organisme ini sebenarnya kumpulan antara Fungi dan Algae, tetapi
sedemikian rupa, hingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu
kesatuan. Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan perintis yang ikut berperan
dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada bagian pinggir
batu-batu, oleh karenanya disebut bersifat endolitik. Pertumbuhan thalusnya
sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih dari 1 cm. tubuh buah baru
terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan vegetatif bertahun-tahun. Algae yang
ikut menyusun tubuh Lichenes disebut gonidium, dapat bersel tunggal atau
berkoloni. Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae) antara lain
Chroococcus dab Nostoc, kadang-kadang juga ganggang hijau 9chlorophyceae)
misalnya Cystococcus dan Trentepohlia. Kebanyakan cendawan yang ikut menyusun
Lichenes tergolong ke dalam Ascomycetes terutama Discomycetales, hanya kadang-kadang
Pyrenomycetales. Mungkin juga Basidiomycetes mengambil bagian dalam pembentukan
Lichenes. Kebanyakan cendawan-cendawan tertentu bersimbiosis dengan ganggang
tertentru pula. Untuk memelihara Lichenes pada medium buatan dijimpai bamnyak
kesukaran. Tetapi jika cendawan dan ganggangnya dipisahkan, masing-masing dapat
dipiara dengan mudah pada medium buatan. Pada umumnya Lichenes pada medium
buatan tidak memperlihatkan pertumbuhan yang kuat. Jadi daya untuk hidup
sendiri telah hilang, sehingga cendawan itu dalam jarang sekali ditemukan dalam
keadaan hidup bebas. Dalam kultur murni cendawan itu memperlihatkan susunan
morfologi menurut jenisnya, tetapi bentuk thalus seperti Lichenes baru terjadi,
jika bertemu dengan jenis ganggang yang tepat. Lain ganggang akan menghasilkan
lain Lichenes. Jadi bentuk lichenes bergantung pada macam cara hidup bersama
antara kedua macam organisme yang menyusunnya.
Menurut habitusnya, Lichen dibagi menjadi dua yaitu :
Menurut habitusnya, Lichen dibagi menjadi dua yaitu :
- Lichenes dengan talus berbentuk lembaran-lembaran
- Lichenes dengan talus berbentuk semak-semak
Pada tipe Lichen dengan talus lembaran, talus seluruhnya melekat dengan
sisi bawahnya pada alas sedangkan tipe Lichen dengan talus berbentuk
semak-semak, hanya pangkal talus saja yang melekat pada alas dan ujungnya tetap
bebas dan bercabang-cabang seperti batang Cormophyta.
a). Karakteristik Lichenes
- Ciri-ciri umum
Lichenes memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
- Pada Penampang melintang talus Lichenes, kelihatan hifa cendawan membalut sel-sel algae, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel algae. Algae tetap hidup tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri.
- Ada pula yang miselium cendawannya hanya masuk ke dalam selaput landersel-sel algae, sehingga bentuk algae menentukan bentuk Lichenesnya.
- Bagian dalam talus terdiri dari anyaman hifa yang renggang dan merupakan lapisan teras / empulus. Dalam lapisan ini sel-sel algae bergerombol membentuk lapisan gonidium. Kulit luarnya terdiri atas miselium cendawan yang teranyam sebagai plektenkim yang rapat.
- Bagi lichenes yang talusnya menyerupai lembaran, biasanya melekatF dengan benang-benang yang menyerupai rizoid. Sedangkan ujung semak menyerupai ujung talus yang bebas dalam udara.
- Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah, terutama di daerah tundra, digolongkan sebagai tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada pinggir batuan, disebut endolitik.
- Syarat hidupnya tidak sulit dan taha terhadap kekurangan air dalam waktu yang lama.Dapat menjadi kering akibat terik matahari tetapi tidak mati, dan jika kemudian turun hujan, Lichenes dapat hidup kembali
- Pertumbuhaan talus sangat lambat. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan vegetative bertahun-tahun.
- Kebanykan Lichenes bereproduksi dengan perantaan soredium.
- Komponen cendawannya sering dapat membentuk spora dan hanya membentuk lichenes jika jatuh dekat algae yang merupakan simbionnya.
Menurut cendawan penyusunnya, Lichenes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu
Ascomychenes dan Basidiolichenes. Lumut tidak memiliki akar dan tidak perlu air
setiap saat seperti tumbuhan tinggi besar, sehingga mereka dapat tumbuh di
lokasi yang mustahil bagi kebanyakan tanaman, seperti batu gundul, tanah atau
pasir steril, dan berbagai struktur buatan seperti dinding, atap dan monumen.
Banyak lumut juga tumbuh sebagai epifit (epi – pada
permukaan, phyte – tanaman) pada tanaman lain, terutama pada batang dan
cabang-cabang pohon. Ketika tumbuh pada tanaman lain, lumut tidak parasit ,
mereka tidak mengkonsumsi bagian dari tanaman atau racun itu. Beberapa yang
tinggal di tanah lumut, seperti anggota subgenus Cladina (lumut rusa),
bagaimanapun, menghasilkan bahan kimia yang larut ke dalam tanah dan menghambat
perkecambahan benih tanaman dan pertumbuhan tanaman muda.
Stabilitas dari mereka substrat merupakan faktor utama dari habitat lumut. Kebanyakan lumut tumbuh di permukaan batu stabil atau kulit pohon tua, tetapi banyak orang lain tumbuh di tanah dan pasir (gambar 2). Dalam kasus ini yang terakhir, lumut seringkali merupakan bagian penting dari stabilisasi tanah, memang, dalam beberapa ekosistem gurun, vaskuler (lebih tinggi) tanaman benih tidak bisa menjadi didirikan kecuali di tempat-tempat di mana kerak lumut menstabilkan pasir dan membantu mempertahankan air.
Stabilitas dari mereka substrat merupakan faktor utama dari habitat lumut. Kebanyakan lumut tumbuh di permukaan batu stabil atau kulit pohon tua, tetapi banyak orang lain tumbuh di tanah dan pasir (gambar 2). Dalam kasus ini yang terakhir, lumut seringkali merupakan bagian penting dari stabilisasi tanah, memang, dalam beberapa ekosistem gurun, vaskuler (lebih tinggi) tanaman benih tidak bisa menjadi didirikan kecuali di tempat-tempat di mana kerak lumut menstabilkan pasir dan membantu mempertahankan air.
. Pertumbuhan lumut kerak memperlihatkan beberapa macam bentuk morfologi
yang berbeda, yang dikenal sebagai:
- Foliose (bentuk daun)
Thallusnya berbentuk lembaran dan mudah dipisahkan dari
substratnya. Membentuk bercak pada batu, dinding dan kulit kayu pohon tropika.
Permukaan bawah melekat pada substrat dan permukaan atas merupakan tempat
fotosintesis. Jenis ini tumbuh dengan garis tengah mencapai 15-40 cm Crustose.
Bentuknya datar seperti kerak. Tumbuh pada batu, berbentuk seperti coret-coret
kecil dan pada batang kayu yang sudah mati.
- Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dansering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia. Squamulose lumut pada Cladonia carneola - Fruticose
Thallus tegak mirip perdu. Tumbuh menempel pada substrat oleh satu atau lebih akar. Beberapa jenis dari lumut ini mempunyai kandungan antibiotik dan anti kanker. - Lumut Kerak Berfilamen
Lumut ini tampak seperti kapas wol. Tumbuh pada kulit
kayu pohon dan perdu, berwarna jingga kekuningan atau hijau cerah. Apabila kita
sayat tipis tubuh lumut kerak, kemudian diamati di bawah mikroskop, maka akan
terlihat adanya jalinan hifa/misellium jamur yang teratur dan dilapisan
permukaan terdapat kelompok alga bersel satu, yang terdapat disela-sela jalinan
hifa. Anatomi lumut kerak Struktur morfologi dalam (anatomi) diwakili oleh
jenis foliose, karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati
secara jelas yaitu:
- Lapisan Luar (korteks) Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh. Berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan. Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc,Rivularia dan Chrorella.
- Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi. Lapisan Gonidium Merupakan lapisan yang mengandung ganggang yang menghasilkan makanan dengan berfotosintesis. Terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
- Lapisan Empulur Tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan. Pada kelompok lumut kerak berdaun (foliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substirat atau dikenal sebagai rizoid. Korteks bawah Lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar.
- Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines) .Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat bercabang pada bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan lapisan coklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang megandung spora jamur. Struktur tubuh lichenes secara vegetatif terdiri dari:
- Soredia
Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar
melalui celah kulit sehingga soredia dapat dilihat dengan mudah. Pembiakan
berlangsung dengan perantaraan soredia yag diterbangkan angin dan akan tumbuh
pada kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan licenes yang baru. Soredia itu
sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan
diselubungi benang-benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari
induknya. Soredia ini terdapat di dalam soralum.
- Isidia
Isdia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada
dan tingginya antara 0,5 – 3 m ìkulit luar. Diamaternya 0,01 – 0,03 m.
Berdasarkan kemampuannya bergabung dengan thallus, maka dalam media
perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan luarnya. Sebanyak 25 – 30
% dari spesies foliose dan fructicose mempunyai isidia. Proses pembentukan
isidia belum diketahui, tetapi dianggap sebagai faktor genetika.
- Lobula
Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahlus lichenes yang sering dihasilkan di sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis foliose, Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan dengan isidia. - Rhizines
Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman yang muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dan mengikat thallus ke bagian dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia. - Tomentum
Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran serat dari rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae. - Cilia
Cilia berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara tumbuh saja. - Cyphellae dan Pseudocyphellae
B. MORFOLOGI THALLUS
1) Morfologi Luar
Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif
mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau
abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat
atau merah dengan habitat yang bervariasi.
Bagian tubuh yang memanjang secara selluler dinamakan
hifa.Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang biasanya
tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada pada bagian
permukaan dari thallus.
Berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan atas empat bentuk :
1. Crustose
Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan
selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah
untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya.
Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau
Pleopsidium
Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh
buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam
pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen yang
longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis, disebut leprose.
2. Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh
lobus-lobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya.
Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar.
Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu,
ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsisebagai alat untuk
mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia
dll.
3. Fruticose
Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti
pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang
pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan atas dan bawah.
Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia
4. Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus
yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur
tubuh buah yang disebut podetia.
2). Morfologi dalam (Anatomi)
Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini
mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu. – Korteks
atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa
jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin.Bagian ini
tebal dan berguna untuk perlindungan.
- Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.
- Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
- Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines).
Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini
digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya
sebagai proteksi. Dari potongan melintang Physcia sp. terlihat
lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat bercabang pada bagian bawah.
Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang
disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia
dan lapisan coklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete
yang mengandung spora
C. KLASIFIKASI LICHENES
Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena
merupakan gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda.
Para ahli seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956),
berpendapat bahwa lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok
jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari
Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam
kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan fungi.
Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar
klasifikasinya secara umum adalah sebagai beriktu :
- Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya
i. Ascolichens.
- Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
- Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari famili:
Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari
Mycophyceae adalah Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari
Cholophyceae adalah Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.
ii. Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes
yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan
Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk
filamen yaitu Chrococcus. Lichen Imperfect Deutromycetes fungi, steril. Contoh
: Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.
2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus
i. Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga
mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae. Contoh :
Ephebe, Collema
ii. Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur
menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae.
Contoh : Parmelia
3. Berdasarkan type thallus dan kejadiannya
i. Crustose atau Crustaceous.
Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau
kulit pohon. Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit
kayu. Mereka terlihat sedikit berbeda antara bagian permukaan atas dan bawah.
ii. Fruticose atau filamentous
Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa
bagian menempel pada bagian dasar atau permukaan. Thallus bervariasi, ada yang
pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut atau benang yang
menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga tipis yaitu
Ramalina. Yang panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria. Cladonia adalah
tipe antara kedua bentuk itu.
Secara umum Taksonomi lichenes menurut Misra dan Agrawal (1978)
adalah sebagai berikut :
Klas
:
Ascolichens
Ordo
: Lecanorales
Famili :Lichinaceae,
Collemataceae, Heppiaceae, Pannariaceae, Coccocarpiaceae, Perltigeraceae,
Stictaceae, Graphidaceae, Thelotremataceae, Asterothyriaceae, Gyalectaceae,
Lecidaeceae, Stereocaulaceae, Cladoniaceae, Umbilicariaceae, Lecanoraceae,
Parmeliaceae, Usneaceae, Physciaceae, Theloshistaceae.
Ordo :
Sphariales
Famili :
Pyrenulaceae, Strigulaceae, Verrucariaceae
Ordo :
Caliciales
Famili :
Caliciaceae, Cypheliaceae, Sphaephoraceae
Ordo :
Myrangiales
Famili :
Arthoniaceae, Myrangiaceae
Ordo :
Pleosporales
Famili :
Arthopyreniaceae
Ordo : Hysteriales
Famili :
Lecanactidaceae, Opegraphaceae, Rocellaceae
Klas
:
Basidiolichens
Famili
:Herpothallaceae, Coraceae, Dictyonamataceae, Thelolomataceae.
Klas
:
Lichens Imperfect
Genus : Cystocoleus,
Lepraria, Lichenothrix, Racodium.
D. PERKEMBANGBIAKAN LICHENES
Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu :
- Secara Vegetatif
i. Fragmentasi
Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang
telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru.
Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa
fruticose lichenes, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang
kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif dengan
cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah
individu.
ii. Isidia
Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing
mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya
sesuai.
iii. Soredia
Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan
diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari
induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang
tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes yang baru memiliki
karakteristik yang sama dengan induknya.
2. Secara Aseksual
Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora yang sepenuhnya
bergantung kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual disebut
pycnidiospores. Pycnidiospores itu ukurannya kecil, spora yang tidak
motil, yang diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia. Pygnidia
ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah kecil yang
terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang
subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap pycnidiospore
menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan alga yang sesuai terjadi
perkembangan menjadi lichenes yang baru.
3. Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya
saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur
yang membangun tubuh lichenes.
E. PERANAN EKONOMI LICHENES
Lichenes memiliki bermacam-macam kegunaan dan bahaya, antara lain :
- Lichenes sebagai bahan makanan
Thallus dari lichenes belum digunakan sebagai sumber makanan secara
luas, karena lichenes memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan dapat
menimbulkan gatal-gatal, khususnya asam fumarprotocetraric. Asam ini harus
dibuang terlebh dahulu dengan merebusnya dalam soda.Tanaman ini mempunyai
nilai, walaupun tidak sama dengan makanan dari biji-bijian. Pada saat makanan
sulit didapat, orang-orang menggunakan lichenes sebagai sumber karbohidrat
dengan mencampurnya dengan tepung. Di Jepang disebut Iwatake, dimana
Umbilicaria dari jenis foliose lichenes digoreng atau dimakan mentah. Lichenes
juga dimakan oleh hewan rendah maupun tingkat tinggi seperti siput, serangga,
rusa dan lain-lain. Rusa karibu menjadikan sejumlah jenis lichenes sebagai
sumber makanan pada musim dingin, yang paling banyak dimakan adalah Cladina
stellaris. Kambing gunung di Tenggara Alaska memakan lichenes dari jenis
Lobaria linita.
2. Lichenes sebagai obat-obatan
Pada abad pertengahan lichenes banyak digunakan oleh ahli pengobatan.
Lobaria pulmonaria digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru karena
Lobaria dapat membentuk lapisan tipis pada paru-paru. Selain itu lichenes juga
digunakan sebagai ekspektoran dan obat liver. Sampai sekarang penggunaan
lichenes sebagai obat-obatan masih ada.
Dahulu di Timur Jauh, Usnea filipendula yang dihaluskan digunakan sebagai
obat luka dan terbukti bersifat antibakteri. Senyawa asam usnat (yang terdapat
dalam ekstrak spesis Usnea) saat ini telah digunakan pada salep antibiotik,
deodoran dan herbal tincture. Spesies Usnea juga digunakan dalam pengobatan
Cina, pengobatan homeopathic, obat tradisional di kepulauan Pasifik, Selandia
Baru dan lain benua selain Australia.
Banyak jenis lichenes telah digunakan sebagai obat-obatan, diperkirakan
sekitar 50% dari semua spesies lichenes memiliki sifat antibiotik. Penelitian
bahan obat-obatan dari lichenes terus berkembang terutama di Jepang.
3. Lichenes sebagai antibiotik
Substrat dari lichenes yaitu pigmen kuning asam usnat digunakan sebagai
antibiotik yang ampu menghalangi pertumbuhan mycobacterium. Cara ini telah
digunakan secara komersil. Salah satu sumber dari asam usnat ini adalah
Cladonia dan antibiotik ini terbukti ampuh dari penisilin. Selain asam
usnat terdapat juga zat lain seperti sodium usnat, yang terbukti ampuh melawan
kanker tomat. Virus tembakau dapat dibendung dan dicegah oleh ekstrak lichenes
yaitu : lecanoric, psoromic dan asam usnat.
4. Lichenes yang berbahaya
Pigmen kuning yang berasal dari jenis Usnea dan Everia dapat menyebabkan
alergi pada kulit dan menyebabkan gatal-gatal. Abu soredia yang melekat pada
kulit akan menimbulkan rasa gatal. Lichen serigala atau Letharia vulpina adalah
lichen beracun. Dari namanya menggambarkan kegunaannya secara tradisional di
bagian utara Eropah sebagai racun untuk serigala. Bangsa Achomawi
menggunakannya (kadang-kadangdicampur dengan bisa ular) untuk membuat panah
beracun. Walaupun demikian, suku Blackfoot dan Okanagan-Colville memakai Letharia
sebagai teh obat.
- Kegunaan lain dari lichen
Dari hasil ekstraksi Everina, Parmelia, dan Ramalina diperoleh minyak.
Beberapa diantaranya digunakan untuk sabun mandi dan parfum. Di Mesir digunakan
sebagai bahan pembungkus mummi dan campuran buat pipa cangklong untuk merokok,
khususnya Parmelia audina yang mengandung asam lecanoric.
Ekstrak lichenes dapat juga dibuat sebagai bahan pewarna untuk mencelup
bahan tekstil. Bahan pewarna di ekstrak dengan cara merebus lichenes dalam air,
dan sebagian jenis lain diekstrak dengan cara fermentasi lichenes dalam amonia.
Parmelia sulcata digunakan untuk pewarna wol di Amerika Utara.
Evernia prunastri yang tumbuh di ranting pohon oak di Utara California.
Spesies ini di diproduksi secara komersial di Eropa dan dikirim ke Prancis
untuk industri parfum.(Haerin.2012)